Senin, 19 Oktober 2015

Yeay

You can visit my another website
https://maretinavivian.wordpress.com/

Selasa, 18 Agustus 2015

Renungan 70 Tahun Kemerdekaan Sebagai Mahasiswa


Menjadi mahasiswa bukanlah hal yang mudah, banyak murid SMA yang ingin sekali masuk perguruan favorit mereka namun terhambat oleh beberapa hal. Menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi perlulah diikuti rasa syukur. Merasa senang ataupun sedih haruslah dijalankan. Itu pilihan, bro. Terserah ingin apa, seperti apa dan bagaimana. Bukan sekedar lulus lalu mendapat gelar. Bukan sekedar lulus lalu ke luar negri dan tinggal disana. 
 
Saat masuk ke perguruan tinggi saya merasa sangat beruntung karena berada di lingkungan yang tepat, baik disiplin ilmu, kegiatan maupun lingkungannya. Mendengar curhatan teman fakultas tetangga mungkin ada beberapa yang kurang menyukai atau kurang pas dengan program pilihannya.
Yang saya pelajari di universitas tempat saya belajar adalah jangan jadikan kuliah sebagai beban, pilihlah apa yang kamu suka. Jika tidak ada, maka cari tempat yang sesuai, misalnya aktif di organisasi kepanitiaan maupun komunitas di luar kampus. Mungkin kamu dapat menemukan jati diri di sana. Jangan terlalu introvert. Saya sendiri awalnya adalah orang yang introvert tetapi perlahan-lahan mencoba menjadi seorang yang extrovert dan bisa, asal ada optimisme serta semangat untuk move on.

Mendapat nilai baik bukanlah satu-satunya jalan menempuh masa depan, tapi kegigihan, rendah hati serta rasa syukur itulah yang perlu dijunjung. Teringat masa-masa saat ospek, mahasiswa itu lahir dari masyarakat, oleh karena itu setelah lulus mereka akan kembali lagi ke masyarakat.

Lulus jadi orang kaya? Lulus jadi orang sukses? Bahkan sukses itu apa, juga ambigu. Boleh saja, asal kita tidak melakukannya dengan ego kita. Jadilah dirimu sendiri, buang egomu.

Aktif dimana-mana, nilai ipk tinggi. Boleh saja. 

Ingat CV bukanlah tujuan hidup mahasiswa, tapi yang dilihat adalah prosesnya. Bagaimana kita melewati proses itu. Bahkan orang jaman dulu yang tidak bersekolah saja lebih banyak wawasannya ketimbang anak muda jaman sekarang. Ya, karena mereka melewati yang namanya proses. Proses yang dilalui dengan kegigihan, rendah hati, rasa syukur dan tanpa ego

Bila kita merasa tertekan atau sedih, look back. Ada banyak teman kita yang hanya bisa bermimpi untuk duduk menjadi seorang mahasiswa karena kendala faktor ekonomi mereka. Kembali lagi kita perlu bersyukur, dan ingat banyak masyarakat yang membutuhkan gagasan, ide, serta uluran tangan setelah kita lulus nanti.

Vivian Maretina- mahasiswi cerewet yang suka ngeluh, tapi udah mulai tobat kok.

Sabtu, 11 Juli 2015

KULIAH PRAKTEK ATAU KAKI PEGAL? #1




KAKI PEGAL? Ya, KP yang katanya kerja praktek, saya lalui dengan kaki pegal. Liburan ini terlalu banyak berjalan ya. Begitu juga dengan waktu yang berjalan.
Saat itu, awal semester 2 tepatnya saya sudah gencar membuat yang namanya CV dan Portofolio. Saya mulai gencar mencari perusahaan yang menurut saya menarik dan cocok. Saya memutuskan tidak ingin bekerja di Jakarta dan juga tidak ingin memilih furnitur. Saya lelah dengan kemacetan dan juga belajar tentang furniture yang saya bingung.

Saya pada awalnya ingin sekali magang di sebuah studio consultancy design, ya seperti IDEO atau Frog. Yang keren ituloh. Berbagai ilmu disiplin terutama product design sangat berperan menciptakan berbagai pemecah masalah dalam bentuk produk. Wah itu cita-cita saya! Yang baru saya temukan saat tingkat 2 sih.

Bicara soal cita-cita, saya selalu berganti-ganti, maklum saya banyak maunya. Yang penting saya dapat membahagiakan banyak orang dan diri saya sendiri tentunya. Amiiin.
Yap. Saya mendaftar di 2 tempat konsultan desain produk di luar negri sana (gaul abis kan?), namun tak kunjung dapat balasan, saya menyerah deh. Segampang itu? Iya. Ga ada duit. Hemmm. Lalu saya juga mendapat informasi dari teman dan dosen kira-kira apa yang cocok untuk saya. Ada sih konsultan desain produk, namun lebih ke produk interior, tapi menarik. Sayapun mengirim proposal saya.

1 hari, 2 hari, 3 hari, seminggu, dua minggu… Ah saya mah orangnya ga sabaran. Jadi setelah dua minggu, saya tidak menelepon atau email ulang, saya mencari tempat lain yang cukup menarik, tapi furniture, rotan. Sepertinya saya sudah merasakan ketidaksabaran saya. Saya memilih tempat itu karena tokoh dari pemilik studio sangat inspiratif. Dia sudah pernah pameran dimana-mana, dia adalah kakak kelas yang baru saja dikenal. Sayapun mengirim portofolio saya, dan diwawancara seminggu kemudian. Kemudian saya menunggu lagi untuk seminggu lamanya, dan tidak diterima.

Yah, saya coba lagi di tempat lain dan hampir mendaftar, tiba-tiba konsultan desain yang saya tinggal sebulan lamanya menghubungi saya dan waw! Saya diminta untuk datang ke kantor mereka. 5 jam perjalanan bahkan saat itu ada kecelakaan maut di jalan tol dari arah Bandung. Hemm saya merasakan adanya feeling-feeling aneh. Sesampainya di studio itu, waw lagi! Kantornya keren! Saya minta doa restu emak dari telpon, semoga diterima. Tapi wawancara hanya berjalan 10 menitan. Kemudian pewawancara meninggalkan saya diruangan. Loh udah? 5 jam perjalanan, 10 menitan aja wawancaranya nih? Hiks. Akhirnya saya pergi.

Dua minggu tak ada kabar, akhirnya saya menelepon mereka. Tapi mereka bilang bahwa mereka sedang full. What the???? Yasudah langsung saya mendaftar tempat cadangan saya di suatu perusahaan furniture (lagi) yang menjanjikan akomodasi, tempat tinggal di Cirebon dan Bali. Yasudah saya tenang karena sudah mendapat tempat KP.

Saat itu seharusnya tanggal 10 Juni saya mulai magang, tapi manajer memundurkan jadwal karena kesibukkannya. Seminggu kemudian, ia sulit sekali dihubungi dan akhirnya saya ke Cirebon, sampai disana ia mengangkat telepon dan menanyakan tempat tinggal yang nanti akan digantikan biayanya. Kami sedikit lega. Kecurigaan besar muncul ketika saya dan teman saya tidak dapat menghubungi manajer itu. Aneh, karena ia sengaja tidak membalas sms dan tidak mengangkat telepon. Bahkan saat ke pabrik, manajer itu sedang pergi, bahkan pegawai lainnya tidak tahu jika kami datang untuk magang. Akhirnya kami biarkan seminggu, dan sampai 2 minggu. Ia pun membalas hanya sesekali. Lalu lost contact. Untung saja saya dan teman yang setia menemaniku memiliki proyek lain di Cirebon, sehingga kami tidak sia-sia di sana. Huh.

2 minggu berlalu semenjak di Cirebon, langsung saya dan teman saya mendaftar di tempat lain. Saya bahkan mendaftar di tiga tempat. Langsung saja saya mengirimkan CV dan Portofolio saya. Saya sudah panik. Tapi kepanikkan itu sebenarnya tidak ada gunanya. Ternyata saya langsung diterima di tiga tempat tersebut. Oh no! Akhirnya saya memutuskan memilih salah satu diantaranya. Saya meminta maaf kepada dua perusahaan lainnya, 1 yayasan sosial pengolahan sampah, satu lagi perusahaan furnitur besar di Bali.

Mama berkata “ Tuhan tahu kamu akan ditempatkan dimana, kamu ditolak terus di perusahaan sebelumnya karena Tuhan ngga mau kamu disana”. Waw, ma.

Saya akhirnya ditempatkan di suatu lembaga pemerintahaan yang bahkan anak desain produk jarang yang terjun ke bidang tersebut. Teman yang lain saya saja magang di pemerintahaan, tiba-tiba banyak polisi datang dan memenjarakan bossnya huh. Keren sih. Jadi saya magang...
Eh di Jakarta loh (sepertinya Tuhan menguji agar saya lebih terbuka)
Eh furniture loh (untung tentang public furniture, bukan furnitur komersil (soalnya udah pernah))
Tanpa pikir panjang saya langsung meng-iyakan. Untung ada teman sekelas yang saat itu merekomendasikan. Untung teman-teman DP sangat baik dalam memberkan informasi. Yes. #INDDESBANGGA

Semoga dengan Tuhan memberi jalan ini, saya dapat berkontribusi lebih untuk masyarakat, bukan untuk kepentingan sendiri saja. Banyak sekali pelajaran hidup yang saya dapatkan. Semoga KP juga berjalan dengan lancar
Kembali bicara soal KP alias Kaki Pegal. Ya saya akhirnya menghabiskan waktu KP lebih banyak berjalan-jalan.. hemm ya bersambung


Kamis, 09 Juli 2015

BERJALANLAH






Berjalan dengan kaki maksudnya.

Ketika manusia ingin sebuah kepraktisan, barangkali mereka enggan untuk melakukan apa yang dulu pernah dilakukan, hal yang tidak enak tentunya.

Ketika saya tinggal sendirian di tempat lain, saya mencoba untuk berjalan kaki. Dengan berjalan kita akan sadar dengan keadaan sekeliling.

Sering sekali melihat fenomena-fenomena yang tidak begitu terasa bila dirasakan hanya di dalam sebuah bak berjalan ataupun sepeda bermesin.

Kapan bisa melihat seorang pengendara motor yang rela membuang waktunya untuk turun ke jalan mengatasi kemacetan di perempatan jalan.

Kapan bisa dapat mendengar tangisan seorang bapak yang tua, yang mengatakan bahwa ia menderita ingin lepas dari penderitaan itu kepada istrinya.

Kapan bisa merasakan seorang pemulung yang kusut melewati diri Anda.

Kapan bisa merasakan lelahnya kaki saat trotoar tidak lagi lurus.

Kapan bisa berbincang dengan orang yang anda tidak kenali dan bahkan berbagi tawa dengan mereka.

Kapan…

Kapan bisa melihat pemandangan yang bisa dirasakan.

Bersyukur sekali kedua kaki ini dapat menopang hidup. Jangan sia-siakan, bahkan orang yang tidak memilii kaki ingin sekali berjalan bahkan berlari.

The world is really beautiful, let’s walk by your legs.

*kaki belang :(

Kamis, 11 Juni 2015

Traveling is Part of My Life




Yeah, you should know, by traveling you can see the world. The world that God has gave to us.
I actually want to go around Indonesia, my country and also visit the other country in this world.

This life is just once. I don't know I will reincarnate or not. But Buddhism said you can believe it or not actually and it doesn't matter to me. I just want to know what God has made and also people have made.

Traveling = I see the people
I ever been in the small places, where common people doesn't recognize that it has many beautiful scenery with the unique tradition. 

 Traveling = I see the Green things that will make you miserable

Traveling =  I learn anything
Studying at school isn't enough. You have to go! Travel!

Traveling has a lot meant to me, I can also met the new friends, and many more of course.
Just find what your own journey and you will see, meet, and feel that sensation of traveling.

Kamis, 04 Juni 2015

Jika kita terus memikirkan masa depan, atau apa yang ingin kita wujudkan, kita akan kehilangan langkah kita





Sebagai renungan saja, saya mendapat kutipan kalimat ini dalam buku yang saat ini sedang saya baca. Buku ini berjudul "Peace is Every Step" oleh Thich Nhat Hanh yang saya dapatkan dari Ehippasiko Foundation. Buku ini menyadakarkan bahwa dengan memikirkan masa depan kita tidak sadar akan apa yang dilakukan masa kini atau masa sekarang. Ini yang saya lakukan selama semester ini, memikirkan apa yang akan saya lakukan di tempat magang, misalnya. Saya merasa di masa depan saya akan melakukan ini itu.. dan ternyata itu semua tidak terlaksana. Bahkan diterima ditempat magang tersebutpun tidak. Banyak hal yang saya pikirkan mengenai masa depan, mungkin karena saya juga sering menjadi EO atau panitia apapun yang harus mengetahui capaian yang diinginkan. Membuat timeline yang bahkan tidak dipakai. Hal ini terjadi karena saya tidak sadar pada momen yang saya lakukan pada waktu itu.

Sadar akan hal yang kita lakukan sekarang merupakan wujud meditasi dan menenangkan pikiran kita. 


Sadar akan hal yang kita lakukan sekarang merupakan jawaban atas kehidupan kita.
Sadar akan apa yang kita lakukan sekarang merupakan salah satu atas kebahagiaan kita.
Nikmatilah hidupmu pada momen ini. Ya, itu yang harus dilakukan, Sadar.

"Tidak ada jalan menuju perdamaian, perdamaian itu jalannya"
Kalimat ini juga merupakan kutipan yang ada dalam buku yang saya baca. Ini berarti bahwa kita bisa mewujudkan perdamaian tepat pada momen kini dengan tatapan kita, senyum kita, kata-kata kita, dan tindakan kita.

Karya perdamaian bukanlah sarana. 
Tiap langkah yang kita lakukan semestinya kedamaian.  
Tiap langkah yang kita lakukan semestinya sukacita.
Tiap langkah yang kita lakukan semestinya kebahagiaan.


Dengan sadar akan momen kini, kita tidak perlu mengkhawatirkan masa depan kita.